Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan, "Kita adalah Wayang"

Guratanku.com - Hidup itu sejatinya tidak bisa memilih selain dari takdir dan cara Tuhan memberikan anugrah waktu serta kesempatan. Semua itu berjalan dengan waktu yang terus berbicara akan apa yang terus terjadi.

Kadangkalanya manusia menemukan suatu jalan kesadaran, dimana sejatinya diberi akal dan hati dipergunakan untuk memilah dan memilih apa yang ada.

Manusia semuanya adalah mahluk lemah tanpa akal. Apapun yang tertulis dalam takdir, oleh akal akan selalu dicari sebab musababnya mengapa demikian. 

Padahal walaupun secara nalar sebab akibat yang terjadi adalah diakibatkan oleh benda yang mati dengan usaha yang ada. Tetaplah tidak bisa sepenuhnya berpegang dengan hal demikian. Karena  Tuhanlah dalang dibalik segalanya.

Diri ini adalah wayang yang memerankan peran masing-masing dihadapanNya. Semua alur cerita sudah tertulis rinci. Ada susah senang kadang kita dapat menjadi pemeran antagonis, protagonis ataupun sebagai pelengkap.

Dan  didalam ilmu sebab akibat , semua akan berkata apa yang terjadi padamu  saat ini adalah apa yang kau tanam dahulu.  Dan tidak ada terjadi pagi tanpa sinar matahari. Walaupun mereka bersikukuh menyebutkan keadaan beserta sebab musababnya , ketahui lah itu bahwa adalah penegasan terhadap adanya Tuhan, Sang Dalang satu-satunya di jagat raya ini.

Benar adanya jika kata tiada pagi tanpa ada matahari, dan benar juga  bila dikata apa yang kau alami adalah buah dari perbuatanmu sendiri. Memang benar hal demikian adanya.

Dan merupakan kebenaran juga bila ada berucap bahwa masa depan ada ditangan kita. Namun, hal itu kurang lengkap adanya jika hanya demikian.

Kita adalah mahluk yang spesial, dan drama kehidupan kita pun demikian. Tak ada wayang yang diberi kebebasan memilih peran oleh dalangnya sendiri selain daripada kita yang menjadi HambaNya.

Manusia diberikan kebebasan menjadi apapun yang kita inginkan. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pintar, cerdik dan mulia di mataNya. Tak terkecuali juga untuk memiliki kesempatan untuk menjadi pembelot yang bodoh.

Namun ingatlah, wayang tetaplah wayang, meskipun kita memilih, namun pilihan kita adalah dalam dramaNya, bukan kita yang punya cerita. Satu -satunya jalan terindah adalah selalu berterimakasih padaNya  bahwa kita masih dipercaya menjadi wayangNya, dan kita menjadi mahluk pilihan karena di berikan tugas peran drama kehidupan fana ini.

Apapun yang kita lihat, semua adalah apa yang dipertunjukannya dalam drama kehidupan ini.

Posting Komentar untuk "Renungan, "Kita adalah Wayang""