Rindu Bu Susi, Beginilah Kondisi Perairan Terluar Seminggu Pasca Pergantian Menteri
Guratanku.com - Indonesia memang memiliki kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Kekayaan laut, udara dan bumi menjadikan Indonesia surga dunia.
Namun kekayaan alam tersebut tidak ada artinya apabila tidak dikelola dan dijaga kelestariannya.
Ibu Susi Pudjiastuti, merupakan wanita pertama Indonesia yang mampu dan berani tegas dalam menjaga kekayaan alam laut. Dibawah kepemimpinannya pada Kementrian Kelautan, Ibu Susi berhasil meningkatkan tangkapan para nelayan dengan signifikan, terutama pada wilayah laut natuna dan perbatasan lainnya.
Diera Ibu Susi menjabat, sangat sedikit sekali ada Kapal Illegal Fishing yang berani masuk laut Indonesia, sebab mereka tak mau ambil resiko menghadapi Ibu Susi yang terkenal akan langsung menindak tegas tanpa pandang bulu bagi Illegal Fishing.
Banyak sudah kapal asing yang ditenggelamkannya. Namun di era Kepemimpinan Edi Prabowo saat ini tidak memfokuskan penenggelaman kapal lagi, menurut Edi Prabowo hal itu tidak efektif, karena ada juga cara lain yang lebih menguntungkan bagi kita dengab menyita Kapal tersebut dan membagikannya ke nelayan.
Namun masyarakat khawatir apabila kapal sitaan tersebut ternyata tidak diserahkan ke nelayan tetapi malah dijual kembali oleh oknum tertentu. Alasan kekhawatiran yang lain adalah para nelayan kecil tidak cocok menggunakan kapal asing tersebut karena harus mengeluarkan biaya operasional yang tinggi.
Disisi lain di bawah pemerintahan Edi Prabowo juga akan mewacanakan soal legalitas jual - beli benur lobster yang sebelumnya di pemerintahan bu Susi sangat diharamkan. Mengingat jika menjual lobster yang berukaran besar akan lebih menguntungkan dan menjaga ekosistem laut.
Dampak penjualan benur Lobster memang akan meningkatkan devisa namun hanya singkat, 1 sampai dua tahun kita mungkin bisa bergembira menjual lobster, namun setelah itu lobster menjadi barang langka. Kita yang seharusnya menjadi eksportir lobster akan berbalik manjadi importir bila demikian keadaannya.
Memang perlu waktu lama untuk menunggu lobster memiliki ukuran badan yang besar, namun hal itu sesuai dengan return yang didapat, harga lobster size 1 saja dikisaran 1 juta sampai 4 juta, ini tentu lebih menguntungkan dibandingkan hanya menjual benur yang sejatinya merugikan negara. Contoh saja Vietnam, dahulu negara tersebut adalah eksportir benur Lobster, namun sekarang akhirnya terkena dampak oleh perbuatan mereka sendiri yang akhirnya menjadikan mereka sebagai importir lobster.
Jangan hanya karena uang sesaat kita merusak ekosistem, harapan semua orang adalah negara kita menjadi makmur dalam jangka panjang. Bujan negara yang berduit hanya sesaat namun akhirnya anak-cucu kita sengsara.
Kemungkinan besar jika kita menjual benih lobster, otomatis perkembangbiakan lobster terganggu, belum lagi perburuan lobster besar yang akan memusnahkan plasma nutfah yang tersedia. Jika stok kita habis maka negara luar yang merupakan kompetitor negara kita akan mendapatkan panen, sebab akan terjadi lonjakan harga sementara saat kondisi tersebut negara kita malah jadi importir.
Kesimpulan kali ini adalah mari kita sadar diri untuk menjadi manusia yang smart dalam menjaga dan mengolah alam.
Terimakasih sudah mampir semoga bahagia selalu!
Posting Komentar untuk "Rindu Bu Susi, Beginilah Kondisi Perairan Terluar Seminggu Pasca Pergantian Menteri"